Senin, 25 Februari 2013

4 (EMPAT) IMAM BESAR WAHABY SALAFY PERIODE KE KINIAN



koh wahaby salafy yang punya banyak kedudukan penting )
(pekerja yang berusaha meraih nama dalam agama islam banyak belajar dari buku ke buku walaupun tanpa guru )

Dia ialah Muqbil bin Hadi bin Qayidah al-Hamdani al-Wadi’i al-Khilali --. Dia ialah duri bagi para pengusung kebatilann Sufiyyah dan kelompok-kelompok sesat lainnya.

Syeikh Muqbil memulai pelajarannya di Maktab di sebuah kampung yang bernama al-Wathan Dammaj, Yaman beberapa lama kemudian berhenti kerana tidak ada yang membiayainya belajar.

Kemudian dia bersafar ke Riyadh, Arab Saudi dan tinggal di sana sekitar sebulan setengah. Ketika cuaca Riyadh berubah maka dia berangkat ke Makkah. Dia meminta petunjuk kepada sebahagian penceramah tentang kitab-kitab yang bermanfaat yang akan dia beli, maka dia dinasihati agar membeli kitab Sahih Bukhari, Bulughul Maram, Riyadus Salihin dan Fathul Majid.

Dia bekerja sebagai penjaga sebuah gedung di Hajun sambil menelaah kitab-kitab tersebut. Dia sangat tertarik dengan kandungan kitab-kitab tersebut kerana amalan manusia di negerinya sangat berbeza dengan yang ada dalam kitab-kitab tersebut.

Setelah beberapa lama beliau pulang ke negerinya Yaman dan mulai mengingkari kemungkaran-kemungkaran yang dilakukan kaumnya. Seperti menyembelih untuk selain Allah, meminta kepada orang-orang yang sudah mati, membangun kuburan dan kesyirikan-kesyirikan lainnya.

Kemudian dia berangkat ke Najran dan tinggal di sana selama dua tahun belajar kepada Majduddin al-Muayyid. Setelah itu berangkatlah di ke Makkah bekerja di waktu siang dan belajar di waktu malam.

Ketika dibuka Maahad al-Haram al-Makki, dia mendaftarkan diri dan diterima sehingga dia menyelesaikan pendidikan Mutawassitah dan Tsanawiyah. Kemudian dia menuju ke Madinah dan masuk ke Jamiyah Islam Madinah di Fakulti Dakwah dan Fakulti Usuluddin.
Ketika dibuka Fakulti Pasca Sarjana di Jamiyah Islam Madinah, dia mendaftarkan diri dan diterima. Risalah Masternya adalah tahqiq kitab Ilzamat dan Tatabbu’ oleh Imam Daruqutni.

Muqbil berkata, “Setelah ini semua, aku tinggal di perpustakaanku. Hanya beberapa saat berdatanganlah sebahagian saudara-saudara dari Mesir, maka aku buka pelajaran-pelajaran dari sebahagian kitab-kitab hadis dan kitab-kitab bahasa. Dan masih saja para thalabul ilmi berdatangan dari Mesir, Kuwait, Haramain, Najd, ‘Adn, Hadramaut, Al-Jazair, Libia, Somalia, Belgia dan dari kebanyakan negeri-negeri Islam dan yang lainnya.

Gunung-gunung dan pasir serta lembah-lembah menjadi saksi bagi Abu Abdirrahman (nama kunyah Muqbil) dalam penyebaran sunnah dan kesabarannya dalam menanamkan pada hati manusia serta permusuhannya terhadap bid’ah dengan fadilah dari Allah Subhanahu wa Taala.

Sepulang dia dari belajar di negeri Tauhid dan Sunnah Kerajaan Arab Saudi, dia mulia merintis taklim dan dakwah di Yaman. Maka Allah Azza wa Jalla membukakan pintu kemenangan dan keberhasilan baginya dalam wujud yang sangat besar. Dengan diiringi dan dibantu oleh teman sepejuangannya sekaligus murid besarnya, Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wusabi , berdirilah madrasahnya di kampung Dammaj, Yaman, yang diberi nama Maahad Darul Hadis.

Sungguh Allah berkahi dakwah dan perjuangannya. Madrasahnya menjadi madrasah yang sarat dengan ilmu. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan di sana.

Kalau dulu dikatakan bahwa tidak ada seorang ulama’ yang paling banyak didatangi oleh para ahli hadis dari berbagai penjuru negeri seperti al-Imam Abdurrazzaq As-Shan’ani rahimahullah.

Maka pada masa ini, tidak berlebihan kalau dikatakan bahawa tidak ada seorang ulama’ yang paling banyak didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru negeri seperti Muqbil al-Wadi’i .

Guru-gurunya

Di antara guru-gurunya yang paling masyhur ialah:

1. Abdul Aziz bin Baz (dia pernah hadir mengikuti sebahagian halaqah ilmunya di Haramun Madani iaitu pada kitab Sahih Muslim)
2. Muhammad Nasiruddin al-Albani (dia mengambil faedah darinya pada pertemuan khusus para thalabatul ilmi dan pada kesempatan-kesempatan yang lainnya).
3. Abdul Aziz bin Rasyid An-Najdi
Muqbil rahimahullah begitu luhur jiwanya, menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak sepatutnya, menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, sampai-sampai dia merasa berat memintakan kepada para muhsinin (dermawan) untuk kepentingan para muridnya. Ketika Abdul Aziz bin Baz mengetahui hal itu maka dia mengirim surat kepada Muqbil yang isinya,
”Tulislah permohonan wahai Abu Abdurrahman, engkau akan mendapatkan pahala darinya!”

berbagai penyakit yang menimpanya, bersabar atas penyakit busung air yang bertahun-tahun dideritanya. Demikian pula atas penyakit lever yang menimpanya.

Wafatnya

Muqbil bin Hadi al-Wadi’i wafat pada malam Ahad, 1 Jamadilawal 1422 H/22 Julai 2001 M, setelah Isyak di Jeddah dalam usia sekitar 70 tahun. Dia disolatkan setelah subuh, kemudian dikebumikan di perkuburan Al-‘Adl di Makkah di samping makam Abdul Aziz bin Baz dan Muhammad bin Shalih al-Utsaimin



 esimpulan : IMAM EMPAT WAHABY SALAFY DIATAS ADALAH IMAM2 YANG BERGELIMANG JABATAN KEKUASAAN PEMERINTAH bahkan ada yang pernah jadi narapidana

IMAM EMPAT BESAR SALAFY WAHABY DIATAS ADALAH IMAM2 YANG TIDAK PERLU BELAJAR PADA GURU TAPI LANGSUNG BISA SENDIRI (LADUNNI) :walau agak tahayyul dan konyol dikit gpp kan :
DAN MENJADI MUFTY AGAMA SERTA MUJADDID SERTA MUHADDIST DUNIA (maksudnya dunianya wahaby salafy saja )


 imam wahaby salafy seperti albany belajar hadist dengan hanya membaca dan di simpulkan sendiri kemudian ia labeli sohih atau dlo'if kemudian disebarkan pada pengikutnya siswa siswi wahaby salafy,
maka dengan itu beliau memang tidak suka dengan fatwa
Syekh Abu Yazid al Busthomi yang berkata :
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ يُرْشِدُهُ فَمُرْشِدُهُ شَيْطَانٌ
Orang yang tidak mempunyai syeikh yang menunjukkan/membimbingnya belajar , maka syekh mursyidnya adalah syetan.


  Ibnu Baaz berpendapat
أمَّا قولُهم: "مَن لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان"؛ فهذا باطل، ما له أصل، وليس بحديث
Adapun perkataan mereka (yaitu Shuufiyyah –’) : ‘barangsiapa yang tidak punya guru (syaikh), maka gurunya adalah setan’; maka perkataan ini adalah bathil. Tidak ada asalnya. Bukan pula hadits.

pertanyaan : mengapakah bin baz berfatwa bahwa perkataan abu yazid al busthomi itu bathil
jawaban : sebab perkataan abu yazid al basthomi tadi bukan berasal dari rasul maka perkataan abu yazid al bashtomy adalah BID'AH

PERTANYAAN : kenapa bin baz tidak suka fatwanya aba yazid al basthomy
jawaban : karena aba yazid albasthomi adalah ulama' tasawuf

pertanyaan : mengapa bin baz tidak suka men ta'ati ulama tasawwuf
: jawaban
karena ulama tasawwuf itu menganut BID 'AH SESAT
dan yang terpenting ulama' tasawwuf selalu tidak mau menerima uluran (sogokan jabatan/uang) dari pemerintah
sedangkan ulama' wahaby salafy masih mau menerima jabatan / sumbangan pemerintah

maka dari itu dari pada ikut2an ulama tasawwuf yang tidak dapat apa apa
lebih baik ikut ulama' wahaby salafy yang memiliki peluang besar mendapatkan kasih sayang raja sa'ud / pemerintah yang lain


balasan bagi albany (pemuka wahabiyah salafiyah)yang gemar membaca buku hadist dan ia sahihkan dan dho'ifkan dengan menggunakan angan2nya sendiri adalah
Rasulullah SAW bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda yang pemahamannya sering salah paham. Mereka banyak mengucapkan perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya: suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu perangilah mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari 3342).



  adi kalau ada pentashih hadist tapi tidak punya sanad hadist dari gurunya sudah dapat dipastikan dia akan berdusta
begitu juga ilmu2 khos lainnya

Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.

Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar