Senin, 29 April 2013

KH ABDURRAHMAN WAHID ( gus dur ) 3



Almaghfurlah Habib Sagaf bin Mahdi bersama almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid. Tidak lama setelah Berpulangnya Gus Dur Habib Sagaf bin Mahdi juga turut berpulang.

Almagfurlah KH. Abdurrahman Wahid dan Almagfurlah Habib Saggaf Bin Mahdi alfatehah........


Warta
Habib Saggaf: Terorisme Bukan Budaya Bangsa Indonesia
Menurut Habib Saggaf bin Mahdi, Islam menjadi faktor terpenting lahirnya sekaligus bertahannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Negara kepulauan terbesar di dunia dapat bertahan dan menyatu karena adanya ikatan emosional yang sama yaitu sebagai sesama Muslim," papar Habib Saggaf bin Mahdi.

Ikatan emosional keislaman yang diamksud Habib Saggaf yaitu yang berbasis pada tradisi lokal Indonesia yaitu Islam yang ramah, menjungjung tinggi pluralisme dan toleran terhadap keragaman budaya yang ada, termasuk pada keragaman agama.

Habib Saggaf mengemukakan, tindakan terorisme yang kerap terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun tearkhir, sama sekali tidak mencerminkan semangat dan ajaran Islam.

"Terorisme tidak dikenal dalam akar budaya bangsa Indonesia. Terorisme juga tidak pernah dikenal dalam Islam. Terorisme dilakukan oleh oknum yang tidak paham agama," demikian Habib Saggaf bin Mahdi.
Habib Rizieq vs Habib Saggaf
Ribuan santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung Bogor Jawa Barat, yang diasuh Habib Saggaf Al-Mahdi Syekh Abubakar bersiap menghadapi FPI. Bahkan ribuan santri telah dibekali doa antipeluru.

Berdasarkan informasi yang dihimpun okezone, Selasa (3/6/2008), ribuan santri yang tergabung ke dalam Pasukan Khusus Al-Ashriyyah (Paskhas) tersebut selain dibekali doa antipeluru (kekebalan) juga diminta untuk membuat senjata yang terdiri dari pentungan kayu dan alat-alat bela diri lainnya untuk menghadapi serangan FPI.

“Kalian pada hari ini saya kumpulkan karena negara sedang dalam ancaman. Kalian dilarang mengikuti tindakan FPI yang dipimpin oleh provokator Habib Rizieq Shihab, yang telah mengadu-domba anak bangsa sendiri itu,” tandas Habib dengan berapi-api dan disambut Allahu Akbar oleh ribuan santri itu.

Kata Habib Saggaf, karena keberadaan FPI bangsa ini memukuli dan menganiaya anak bangsa sendiri. Sehingga tidak ada kedamaian dan tidak pula ada toleransi, yang ada adalah permusuhan dan pertumpahan darah. “Jadi, FPI ini organisasi bejat, merusak citra Islam dan merusak kebhinnekaan. Bahkan mereka itu merampas dan merampok hak orang lain. Sementara yang namanya Habib itu tidak ada yang bejat dan tidak mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad Saw,” tutur Habib asal Dompu, NTB itu

Habib Saggaf juga menanggapi pernyataan Habib Riziq yang menyebut Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai orang yang buta mata dan buta hati. Menurutnya, pernyataan itu sama sekali tidak mencerminkan sebagai ormas Islam.

Pihaknya bersama warga NU, GP Ansor dan masyarakat siap menghadapi FPI, mengingat tindakan FPI ini sudah keterlaluan. Ia pun berharap tokoh-tokoh nasional mendukung dibubarkannya organisasi tersebut.

Ketika ditanya tentang sikap FPI yang menyatakan siap “perang” melawan kelompok pendukung Ahmadiyah, Habib Saggaf menegaskan, tak ada jihad di negara yang merdeka seperti Indonesia.

“Kecuali Presiden memerintahkan perang melawan penjajah, baru bisa berjihad. Jadi, FPI itu suruh bikin negara sendiri kalau ingin menjadikan negara ini seperti apa yang diyakininya,” pungkasnya.


Oleh sebab itu lanjut Habib Saggaf, jika pemerintah tidak sanggup membubarkan FPI, maka ribuan santri bersama GP Ansor akan siap membubarkan FPI. Itu penting, kata dia, karena bangsa ini memiliki moral, toleransi, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan berperikemanusiaan.

“FPI itu hanya berkedok jubah dan sorban, tapi kelakuannya anarkis. Karena itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), TNI dan Kapolri harus segera membubarkan FPI,” pungkasnya.

______________________________________________________________________
BELAJAR / TA'LIM BELIAU

KELAHIRAN
Abah dilahirkan di salah satu pulau bagian timur Indonesia. Yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) tepatnya di daerah Dompu.
Nama ayahnya Habib Mahdi asli dari negeri Yaman, Ibunya Syarifah Balqis.
Abah lahir tepat tanggal 15 Agustus 1945, 2hari sebelum kemerdekaan NKRI.
B. NASAB
Nasab lengkap Abah dari arah bapak adalah:
Habib Saggaf => Hb. MAHDI => hb.Idrus => hb. Muhammad => hb. Idrus => hb.Umar => Hb.Idrus => Hb.Muhammad => hb.Ahmad=> Hb.Husain => Syeikh ABI BAKAR => Hb.SALIM =>Hb.Abdullah => Hb.Abdurrahman => Hb.Abdullah => imam Abdurrahman AsSegaf =>Hb. Faqih Muqaddam => Hb.Ali =>Hb.Alwi Baqir => Hb.Marbath =>hb.Alwi =>Hb.Muhammad => Hb.Alwi => Hb. Abdurrahman => Hb. Muhammad Muhajir =>Hb.Irum => Hb.Muhammad Naqib => imam Ja’far Shadiq => Imam Muhammad Baqir => Sayyiduna Ali Zainal Abidin => Sayyiduna Husain => Sayyidati Fathimah => MUHAMMAD SAW

"NANTI kamu jadi ulama besar dan kaya raya. Kamu masuk pondok saja. Berangkatlah tawakkaltu," demikian nasihat Habib Soleh bin Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur usai 'meneliti' kaki Saggaf bin Mahdi yang masih berusia 14 tahun.

Namun Saggaf muda masih ragu. Pasalnya sejak kecil ia tak pernah mondok. "Kepala seperti mau pecah mendengar perintah itu. Tapi saya pergi juga ke Pesantren Darul Hadits di Malang," kenang Habib Saggaf, panggilan akrab Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abu Bakar.

Di depan pintu ponpes, Saggaf diterima pendiri Darul Hadits, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih al-Alawy. "Kamu musti belajar baca al-Qur'an," kata Habib Abdul Qadir seraya memegang kuping Saggaf. Sontak, sakit kepala dan keraguan Saggaf hilang. "Hati saya terbuka. Ini guru saya. Apa pun yang terjadi, saya harus belajar di sini," tekad Saggaf muda.

Saggaf pun menempuh pendidikan di sana dengan cemerlang. "Saya menjadi santri hanya 2 tahun 7 bulan dan langsung ngajar fiqh dan nahwu. Saya di sana 13 tahun," kenangnya.

Sepulang dari Malang, Saggaf berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair selama 5 tahun dan i'tikaf di Makkah selama 5 tahun. Saggaf juga memperdalam tareqat di Irak. Namun ia harus kembali ke Tanah Air. Guru tarekatnya yang beraliran Syadziliyah, merekomendasikannya belajar tareqat di Mranggen, Demak.

"Karena tareqat Syadziliyah agak sulit di Indonesia, maka saya disuruh ke Mranggen yang beraliran Qadiriyyah. Syekh Muslich Mranggen itu guru tareqat saya," ungkap Saggaf kepada Gamal Ferdhi dan Ahmad Suaedy

Dia pun lantas kembali ke Dompu mendirikan Ponpes Ar-Rahman. Tak lama berselang, Saggaf pindah ke Parung Bogor mendirikan Ponpes al-'Ashriyyah Nurul Iman. Sebelum ke Parung, Saggaf mendirikan Ponpes Nurul Ulum di Kali Mas Madya, Surabaya, yang banyak menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Afrika.

Sejak itu, undangan ceramah banyak datang dari negara tetangga. Ratusan ribu massa selalu memadati majelisnya di Singapura. "Bukan hanya orang Melayu dan Islam, orang Cina, India, Budha, Hindu dan lain-lain, telah memenuhi stadion Singapura sejak sore," ujarnya.

Kepandaiannya menguasai Qiraah Sab'ah (bacaan al-Quran dengan riwayat tujuh imam, Red) membuatnya ditunggu majelisnya di Singapura. Namun kepandaiannya itu juga yang mengakibatkan Mufti Singapura menuduhnya mengutak-atik bacaan al-Quran.

"Saya dituduh merusak al-Quran. Akibatnya ponpes saya di Surabaya disegel Depag dengan alasan takut bentrok antara Indonesia dengan Singapura. Tanah seluas 5 ha di Sekupang Batam yang diberi pemerintah juga ditarik kembali," ungkapnya mengenang peristiwa di awal 1980-an itu.

Dia pun pindah ke Jakarta. Di Ibukota, Saggaf pun menghidupkan majelis di Masjid Agung Bintaro. Krisis sosial-politik pasca jatuhnya Soeharto pada 19 Juni 1998, membuat Saggaf memutuskan pindah ke Desa Warujaya, Parung, Bogor yang lebih tenang dibanding Jakarta.

Ternyata, krisis ekonomi turut menghancurkan masyarakat Desa Warujaya. Hal itu memicu Saggaf mengumpulkan anak-anak sekolah di rumahnya. "Sebelum sekolah mereka makan nasi ketan di rumah. Tiap anak saya kasih uang jajan Rp 250. Dan tiap keluarga kita bagi beras 5 kg," katanya.

Pada 1999, datanglah seorang santri asal Wonogiri, Solo, bernama Prawoto Suwito. Kedatangannya memberi spirit bagi Saggaf untuk mendirikan Ponpes al-Ashriyyah Nurul Iman. Kian lama ponpesnya kian besar, hingga kini memiliki 8.231 santri. Selain beribadah dan belajar, ponpes itu juga melatih santrinya bertani, daur ulang sampah dan membuat roti.

Diakui Saggaf, ikhtiar ekonomi para santrinya belum cukup untuk menghidupi ponpes terbesar di Bogor itu. Karena itulah, dia menerima beberapa dermawan mensedekahkan hartanya untuk kepentingan ponpes.

"Dua masjid itu sumbangan dari orang yang sama," ungkap Saggaf menjelaskan asal usul dua masjid besar di dalam pon-pes. Satunya berkapasitas 5.000 orang untuk santri laki-laki dan sebuah lagi, berkapasitas 3.000 orang untuk santri perempuan.

Tak hanya itu, beberapa perkumpulan agama non-Islam turut menyumbang konsumsi, tenaga pengajar, gedung olah raga dan asrama. Jadi, jangan heran jika di depan masjid agung pon-pes berdiri dojo Taekwondo seluas 200 m2, sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young Soo.

"Guru Taekwondo-nya dari Korea. Kita juga memadukan zafin (tarian Arab, Red) dengan Taekwondo. Sekarang sedang dipatenkan di Korea Selatan," jelasnya.




Habib Saggaf bin Mahdi meninggal dunia pada Jum'at . 12 November 2010 M / 5 Dzhulhijjah 1431 H Pada Pukul 09.15 WIB,".
merupakan pimpinan pondok pesantren al-‘Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor, Jawa Barat. Saat ini pesantren yang berdiri sejak tahun 1998 silam memiliki jumlah sekitar 19 ribu santri laki-laki dan perempuan.


Habib yang selalu identik dengan sorban di kepalanya ini memang dekat dengan almarhum KH. Abdurrahman wahid. Dalam sebuah kesempatan wawancara eksklusif dengan almarhum pada pertengahan Ramadhan 1431 H (3/9/2010) lalu, dirinya berkisah kepada Wiwit Rf dan Alamsyah M. Dja\'far dari Wahid Institute mengenai banyak hal, mulai dari awal mula merintis pesantren di Desa Warujaya, Parung, Bogor, termasuk kisah kedekatannya dengan mantan presiden KH. Abdurrahman Wahid.

Menurut ceritanya, sekira tahun 2006 Gus Dur divonis mengalami gangguan ginjal sehingga harus menjalani cuci darah secara rutin. Pada kali pertama menjalani cuci darah keluarga sempat menjemput Habib Saggaf di Parung demi membujuk Gus Dur yang ‘bandel\' tak mau menjalani cuci darah. \"Habib, saya minta tolong untuk menasehati Gus Dur,\" kata Habib Saggaf menirukan permohonan Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur. Permintaan tersebut diamini Habib. Ia lalu datang ke rumah Gus Dur di Ciganjur. Anehnya, belum sempat mengutarakan niatnya membujuk, Gus Dur malah sudah tahu kalau salah satu misi Habib adalah membujuk dirinya agar mau cuci darah. Tapi bujukan Habib akhirnya berhasil. Gus Dur pun mau menjalani cuci darah.

Habib yang akrab disapa Habib Parung oleh Gus Dur ini mulai dekat menjelang Muktamar PKB di pesantrennya. Bahkan ketika terjadi konflik internal PKB, Gus Dur sempat meminta saran pendapat Habib Parung, perihal perlu tidaknya PKB di bubarkan. Habib yang sempat berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair dan I\'tikaf di Makkah selama lima tahun itu menyarankan ke Gus Dur saat itu untuk jangan membubarkan PKB.

Habib Parung juga dikenal dekat dengan kalangan non muslim, bahkan tak segan-segan untuk menerima sumbangan dari mereka. Sebuah bangunan di depan masjid besar di pesantrennya (Dojo Taekwondo) seluas 200 meter merupakan sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young Soo. Kemudian gedung dua lantai, dengan 24 ruang kelas, 32 kamar mandi dan 20 toilet yang menjadi kegiatan pendidikan tsanawiyah, aliyah dan Universitas Habib Saggaf, merupakan sumbagan dari Yayasan Buddha Tzu Chi.

Komitmennya yang tinggi pada penghargaan hak-hak orang lain ini semakin meneguhkan Habib Parung dalam menanamkan toleransi antar pemeluk agama di negeri ini. Karenanya, ia menyayangkan aksi kekerasan sekelompok orang dengan mencatut Islam. "Akibatnya Islam dipandang salah. Orang Islam dianggap \'tukang makan orang" ujarnya kepada Gamal Ferdhi dan Ahmad Suaedy, dalam suplemen Majalah Gatra, 12 Juli 2006.

Selain itu, kata Habib Saggaf, rusaknya citra Islam juga karena ajaran Islam disalahpahami. "Itu, orang-orang yang ngaku mujahid. Mujahid apa itu, berontak di negara orang. Mereka bikin kacau Indonesia. Kalau saya presiden, saya usir mereka. Saya tangkap dan saya suruh tinggal di Arab. Jadi, jika kita ingin memperbaiki, jangan yang sudah rusak dirusak lagi. Itu baru mujahid," himbaunya.


Untuk itu, ia menghimbau kelompok yang mengusung nama Islam agar menyelesaikan persoalan melalui mekanisme hukum. "Ini Indonesia. Ada pemerintah, ada hukum, dan ada polisi. Mereka yang menjaga keamanan. Jika tidak melalui jalur hukum, berarti ingin mendirikan negara dalam negara. Tapi pemerintah juga salah, kok orang-orang kayak begitu (anarkis, Red) dibiarkan. Mereka itu bisa merusak Indonesia," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar